Anggap Semua Pria Adalah Hamas, Israel Bikin Check Point Ketat Buat Kurung Laki laki Gaza di Rafah Saat Penyerbuan Israel dilaporkan tengah membangun sistem pos pemeriksaan yang ketat dan rumit untuk mencegah laki laki “usia militer” melarikan diri dari Rafah. Pembangunan check point ketat itu dilakukan menjelang rencana serangan darat Israel di kota perbatasan selatan Gaza.
Middle East Eye (MEE), Selasa (30/4/2024), mengutip seorang pejabat senior Barat yang mengetahui rencana militer Israel, melaporkan kalau pos pemeriksaan tersebut akan membiarkan para perempuan dan anak anak untuk pergi dari Rafah. "Namun laki laki sipil Palestina yang tidak bersenjata akan dipisahkan dari keluarga mereka dan dipaksa untuk tetap di Rafah selama serangan tersebut," kata pejabat yang tidak mau disebutkan namanya, dilansir MEE . Pembangunan lingkaran pos pemeriksaan di sekitar Rafah oleh Israel merupakan indikasi lebih lanjut bahwa rencana penyerangan terhadap kota tersebut sedang berjalan.
Anggap Semua Pria Adalah Hamas, Israel Bikin Check Point Ketat Buat Kurung Laki laki Gaza di Rafah Israel Makin Gila, Anggap Semua Laki laki Palestina Adalah Hamas, Larang Keluar dari Rafah Operasi Netzarim Al Qassam, Adu Strategi Hamas Israel di Koridor Pembelah Gaza Pra Invasi Rafah
Pria di Cianjur Syok setelah Tahu yang Nikah Dengannya Ternyata Laki laki Kenalan di Medsos Pria di Cianjur Ternyata Nikahi Laki laki, Terungkap dari Kecurigaan Orang Tua Pria di Cianjur Tertipu, Selalu Menolak Hubungan Intim Ternyata Istrinya Laki laki, Kenal di Medsos
Pria Cianjur Baru Tahu Istrinya Ternyata Laki Laki Setelah Menikah 12 Hari Kenal di Medsos, Pria di Cianjur Ternyata Nikahi Laki laki, Ortu Curiga, Motif Lakukan Kebohongan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu diketahui sudah mengancam akan menyerang Rafah selama berbulan bulan.
Pada negosiasi pertukaran sandera dengan Hamas yang sedang berlangsung, perunding Israel juga berusaha menggunakan ancaman tersebut sebagai alat untuk memaksa Hamas melepaskan tawanan yang ditahannya di Gaza. Ancaman Netanyahu ditanggapi dengan peringatan dari komunitas internasional bahwa invasi apa pun ke Rafah akan menjadi “pertumpahan darah,” yang menewaskan banyak warga sipil. Invasi juga akan membuat ratusan ribu warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka di Gaza utara akibat pemboman Israel dan kini tinggal di kota kota tenda darurat di Rafah.
Ketika Israel membom dan menginvasi Gaza utara, Israel memerintahkan warga Palestina untuk melarikan diri ke selatan, dan sering kali mengebom jalan jalan yang dianggap aman. Israel juga menahan ribuan warga sipil, menelanjangi mereka hingga pakaian dalam, menutup mata, dan memaksa mereka berlutut di jalan. Pasukan Israel kemudian membawa mereka ke kamp penahanan yang tidak diketahui identitasnya dengan menggunakan truk, di mana mereka diinterogasi dan sering kali disiksa.
Militer Israel merilis rekaman puluhan tahanan tersebut, dengan mata tertutup dan ditelanjangi, sehingga penghinaan tersebut dapat disiarkan secara luas di saluran berita satelit dan media sosial. Seorang pria mengatakan kepada Reuters bahwa dia dan saudara laki lakinya ditahan pada awal Desember setelah militer Israel mengepung daerah tempat mereka tinggal dan bekerja sebagai buruh harian di lingkungan Al Zaytoun di Kota Gaza. Dia mengatakan empat tentara memukulinya setelah dia tidak dapat naik ke truk karena cedera kaki dan dia kemudian dibawa ke tempat terbuka di mana penjaga Israel “merokok dan mematikan rokok di punggung kami, menyemprotkan pasir dan air ke arah kami, mengencingi kami.”
Sistem pos pemeriksaan yang dibangun menunjukkan bahwa tentara Israel mungkin melakukan penahanan serupa terhadap warga sipil yang ingin melarikan diri dari Rafah bersama keluarga mereka. “Israel menganggap setiap laki laki adalah pejuang Hamas sampai terbukti sebaliknya,” Abbas Dahouk, mantan penasihat militer senior di Departemen Luar Negeri AS, mengatakan kepada MEE . “Ini bukan langkah yang bagus. Mengawal Rafah adalah tugas yang berat, dan semoga beruntung memisahkan ayah dan anak dari keluarga mereka.”